^^ About Me ^^

Sayatan Perih


Hanya bentakan dan suara tanda terganggu saja yang ada. Hanya ketidakpedulian yang kudapat saat aku mengerang kesakitan ketika tubuhku terasa tercabik. Pedulikah mereka ketika aku merasa berada di ambang batas asaku. Menahan sakit dan perih yang mengoyak tubuhku.

Tak ada yang berusaha merengkuhku. Meringankan sedikit, meski hanya sedikit, dari rasa sakit yang menerjang. Berapa keraspun aku mengerang. Berapa seringpun aku menjerit. Takkan ada yang peduli bahwa tubuhku sudah nyaris mencapai batasnya. Tubuhku yang sangat sering didera rasa sakit menusuk bagi orang lain. Takkan ada seorangpun yang bisa kuandalkan untuk berbagi. Sekedar menyalurkan sedikit dari rasa sakit yang kurasa.

Ketika sakit dan perih menghujamku, adakah yang peduli? Adakah yang mencoba untuk menenangkanku? Merengkuhku dalam kehangatan?

Entah sudah berapa kali pikiran untuk mengakhiri rasa sakit ini dengan cepat menghampiriku. Tetapi harapan akan ketenangan mengusikku dan selalu berhasil membatalkan niatku. Penghilang rasa sakitpun sudah tidak mampu mengatasi. Seakan-akan tubuhku sudah sangat mengenal unsur kimianya dan tidak bereaksi. Hanya menjadi kewajiban untuk menegaknya demi menghindari rasa sakit yang mungkin akan lebih menyayat dari apa yang sudah biasa kurasa.

Tanpa perasaan hangat, tanpa dukungan. Aku mencoba mengatasi rasa sakit ini, yang selalu menerjang tak kenal waktu. Aku mencoba mengatasinya dengan caraku sendiri. Tanpa peduli akan risiko yang sudah menungguku. Entah dengan menambah rasa sakitku sehingga rasa sakit yang menusuk di dalam tidak terasa, ataukah dengan menghibur diriku dengan impian kosong. Bahwa suatu saat nanti aku dapat menjadi seperti apa yang selama ini kuimpikan. Bahwa suatu saat nanti akan ada hari tanpa rasa sakit yang kerap menjadi sahabatku.

Entah sampai kapan hingga tubuhku mulai hancur. Entah sampai kapan aku bisa, mempertahankan tubuh rapuh ini. Tanpa rengkuhan yang selalu kudambakan. Semangat dari orang terdekat. Tanpa dorongan yang seharusnya kudapatkan dari lingkaran terdalam.

Sering ku baca bahwa kasih dapat menyembuhkan. Apa artinya aku takkan bisa lepas dari rasa sakitku ini? Hanya sedikit saja dukungan yang kubutuhkan. Hanya sedikit sekedar untuk menyadarkanku, menyakinkanku bahwa bukan hanya diriku sendiri yang menghadapi sakit ini.

Hanya sedikit kata-kata penghibur agar bisa kulalui segalanya tak seberat sekarang. Seorang diri. Tanpa penopang. Tanpa ada rasa terlindung saat segalanya menekan. Tanpa tahu harus kemana saat sendirian melawan pisau tak kasat mata yang seolah terhujam berkali-kali. Tanpa ada perasaan nyaman di tengah badai tusukan tak kasat mata. Tanpa adanya seseorang yang mengerti, tanpa adaya perasaan damai ditengah perang. Tanpa sedikitpun yang peduli apakah aku hancur atau tidak.

Karena saat ini, takkan ada lagi yang bisa mendengarku. Hanya gumaman lirih yang bisa kusampaikan. Menyalurkan rasa siksa tak terbendung. Bukan erangan nyaring yang biasa, karena tenaga terkuras oleh badai itu. Rasa tertusuk dan tercabik, yang entah apa penyebabnya selalu melemahkan tubuhku. Seakan hendak menghancurkan. Seakan tubuhku menjadi musuhku sendiri. Penyiksa terberat dalam hidupku..

Tak seorangpun berusaha mengerti seberapa besar usahaku untuk menyimpan sakit ini untuk diriku sendiri. Teman dalam sepi. Karena aku tahu, takkan ada yang mengerti. Sakit yang tersembunyi dalam tawa, sakit yang tersembunyi dalam canda, sakit yang tersembunyi dalam senyum terpaksa, sakit yang tersembunyi dalam cerita. Sepenggal cerita untuk diriku sendiri. Diri yang letih dalam menahan semuanya. Lelah dalam usaha mengusir penjajah didalam tubuh.

Hilang asa yang membuatku lelah. Karena hanya pengertianlah yang kubutuhkan. Hanya seorang yang mengerti. Satu orang saja.

Tetapi entah mengapa, satu saja mustahil.

Karena sebentar lagi,

Sebentar lagi… segalanya akan berakhir.

No comments:

Followers