^^ About Me ^^

Our Last Kiss



“Maaf…” Aku menatap matanya mencari kejujuran dan berharap menemukan kebohongan dalam matanya. Sunggunh kusesali ketika kutemukan kejujuran yang sangatlah dalam. Matanya memandang lurus pada milikku, yakin, tak ada kebohongan, sama sekali tidak ada. Kenyataan bahwa segala yang dikatakannya benar, merobek jantungku. Perutku bergejolak, hatiku mencelos. Sesak. Sakit.

“Kenapa?” Aku bertanya lirih, mendongak untuk menatap langsung padanya. “Kenapa Sam?” Kurasakan sebuah tetesan hangat mengaliri pipiku.

“Maaf.” Untuk kesekian kalinya dia ulangi kata itu. Dari sudut mataku kulihat tangannya yang terangkat perlahan menuju wajahku. Kurasakan sentuhan lembut pada pipiku dan kupejamkan mataku saat kulitnya menyentuh milikku.

Menggeleng perlahan, aku kembali membuka mataku. “Kamu nggak sepenuhnya salah.” Dengan sekuat tenaga kutahan isakan yang nyaris keluar. Please, saat ini saja, aku tak ingin terlihat lemah.
“Jangan menangis.” Suaranya yang lembut menyentuh gendang telingaku. Tangannya yang semula bermuara pada pipi kiriku, bergerak turun menuju daguku. Dengan lembut dia mengangkat wajahku. Secara tidak langsung memintaku untuk menatap langsung pada kedalaman matanya yang selalu mampu menyeretku dari duniaku. “Seseorang yang sepertiku bukanlah seseorang yang pantas untuk kau tangisi.”


Aku tersentak, memandang heran padanya. “You know I love you. I would gladly give you my tear, even my life for you.” Aku berhenti sebentar, menyadari semakin banyak tetesan yang mengalir menuruni kedua pipi mulusku. “You have all of my heart.”

“Ssssttt…” Kembali tangannya bergerak menghapus tetesan-tetesan hangat pada wajahku, lembut.
“You know I love you too, back then.” Dia menatapku dengan pandangan menyesal terbaiknya. “For now… I don’t know.” Dia menatapku kembali, lemah.


“But why?! Don’t you say you don’t know.” Dengan nada sedikit memaksa, isakan pelan mulai keluar dari bibir mungilku.

“I’m so sorry.” Aku merasakannya. Aku merasakannya kembali. Sensasi tusukan ribuan pedang pada dada kiriku. Sensasi perutku yang bergejolak dengan sangat tidak nyaman. “I just don’t know.”
 
“Finally, you break my heart.” Aku menunduk, membalikkan badanku dan bersiap untuk pergi. Menyadari tak ada hal lain yang bisa lebih meremukkan hatiku.

Tanpa kuduga, tarikan yang lumayan kuat pada tangan kananku sukses membawaku pada pelukannya yang hangat.

Terkejut, aku mendongakkan wajahku, menatapnya untuk mencari penjelasan.

Dia menciumku. Dia menciumku dengan sangat lembut dan aku semakin tak mengerti akan apa yang diinginkannya.

Tetapi satu hal yang sama-sama kami sadari.

This is our last kiss.

Tanpa menyadari hal ini akan lebih memperdalam luka yang sudah parah pada hati kami masing-masing.

And then that day, the tears from the sky fell. It rain.

Seakan akan mengerti akan kesedihan dua insane yang tak bisa bersama lagi.

No comments:

Followers