Disela kegiatan monotonku yang membosankan dan melelahkan,
secara tak sadar aku mulai mengenang masa saat teman kecilku masih ada.
Masa-masa bersamanya, yang dulu, sekarang, dan sampai kapanpun akan tetap
menjadi teman kecilku. Karna dia telah terambil oleh waktu.
Aku mulai mengenang segala tentang dirinya, mulai dari hari
pertama kali kami bertemu...
.
Anak kecil itu merenung, memperhatkan ombak yang menggulung
dan menghantam pantai serta karang. Beberapa burung yang dia tak ketahui
namanya, terbang bekejar-kejaran. Membuatnya iri, tatapannya seakan berkata
bahwa dia ingin seperti burung-burung itu, bermain... bercanda. Tak seperti
dirinya, selalu merasa sepi. Samar-samar, Angel kecil dapat mendengar suara
bakiak mendekatinya, langkah kecil nan pelan. Merasa tak mungkin dirinya yang
dicari, dia tetap menatap pantai dengan pandangan nanarnya.
"Hai" Suara imut seorang gadis kecil menyapa
gendang telinganya.
Tanpa menoleh, dan hanya melirik, dilihatnya seorang anak
perempuan kecil berpakaian lusuh dan berambut panjang sedang berusaha untuk
tersenyum kepadanya. Sembari mengembalikan pandangannya kedepan, dia
mengangguk. Mengerti maksud dari anak yang disapanya tadi, anak itu mendekati
Angel dan duduk disebelahnya.
"Namaku Mirna" Kata anak itu, seraya memajukan
tangannya guna menahan kakinya yang tertekuk.
Anak itu menoleh, berusaha melihat wajah Angel kecil. Dari
sudut matanya, dia melihat Mirna tersenyum padanya. Ditolehkan wajahnya,
membuat dua gadis kecil itu berpandangan. Dia berusaha membalas senyum Mirna,
tetapi sudut bibirnya terasa begitu berat.
"Namamu... Angel?" Tanyanya. Matanya sedikit
berbinar.
"Hnn.." Jawabnya, tanpa mau tahu dari mana gadis
kecil itu tahu namanya.
Kembali, Angel menatap lurus kelaut. Tanpa menyadari gadis
kecil disebelahnya telah berdiri. Tiba-tiba, pemandangan laut yang dinikmatinya
tadi tertutupi oleh sosok Mirna. Mirna menguurkan tangannya, harap disambut
oleh gadis kecil dihadapannya. Angel kecil mendongakkan kepalanya, menatap
lurus pada mata Mirna, mencoba menangkap maksudnya.
"Aku lihat, dari tadi kamu cuma ngeliatn pantai, ayo
kesana"
Dia hanya menatap Mirna dengan tatapan enggan.
"Ayolah" Mirna memaksa, tangan Angel kecil ditarik
pelan oleh Mirna.
"Hhh, sebentar" Angel kecil beruar pelan.
Dengan langkah lambat dia beranjak dari halaman rumahnya
untuk masuk. Sekilas, terlihat dari luar Angel sedang berbiara pada ibunya,
sesuatu diterima Angel dari ibunya sebelum dia kembali. Mirna memiringkan
kepalanya, menatap heran pada benda yang dikalungkan pada leher Angel.
"Itu apa?" Mina menunjukkan mimik penasaran.
Angel melepaskan benda yang tergantung dilehernya dan
menyerahkannya pada Mirna. Mata Mirna tampak berbinar saat memegang benda
tersebut dengan kedua tangan mungilnya.
"Aku pernah liat ini ditv, namanya ka..ka..kam"
Ucapnya terpatah sembari berusaha mengingat-ingat nama benda yang sedang
dipegangnya. Sebuah kamera mini sederhana berwarna biru aqua.
"Kamera" Sahut Angel ringan sambil melewati tempat
Mirna berdiri. Bermaksud berjalan mendahului.
"Ah ya! Kamera!" teriaknya riang. "Boleh
pinjam?" Tanyanya penuh harap. Angel hanya mengedikkan bahu malas.
.
Kembali, Angel memperhatikan pemandangan pantai yang selalu
sukses membuatnya tenang, tetapi kali ini dengan Mirna sebagai objek utamanya.
Angel kecil duduk dengan santai diatas karang yang lumayan tinggi untuk ukuran
seorang anak keil, kaki kecilnya dibiarkan bergelantungan sambil sesekali
digoyangkannya, sedangkan Mirna berkeliling disekitar karang yang Angel
tempati. Sesekali dia berjongkok, untuk mengabadikan benda yang menarik
perhatiannya. Dari sudut matanya, Angel mengikuti kemanapun Mirna bergerak,
tanpa dia sadari, sebuah senyum manis, yang telah lama hilang dari wajahnya,
kembali terukir.
.
Mirna mengulurkan kamera kecil Angel dengan sorot mata
enggan. Diam-diam Angel tersenyum dalam hatinya, "Kamu boleh minta
kameraku kok" Ucapnya pelan.
Mirna menunjukkan ekspresi terkejut sekaligur senang.
"Makasi" Ujarnya riang sembari mendekap kamera itu
erat.
Angel hanya tersenyum kecil, menatap Mirna lembut, sabahat
pertamanya.
"Aku bakal nyimpem ini sampe aku mati" ujarnya
lagi.
.
Sejak saat itu, selama tiga tahun lamanya, mereka biasa
meluangkan waktu hanya untuk bermain bersama, entah dipekarangan rumah Angel
ataupun di Pantai saat liburan. Hanya pada saat liburan.
.
#
.
Dua gadis kecil sedang berbaring malas dihalaman salah satu
gadis kecil tersebut. Mereka berbaring tepat dibawah sebuah pohon rindang.
Mereka berbaring bersebelahan dengan kepala yang berlainan arah. Salah satunya
mengenakan jaket hitam dengan jeans panjang, sangat kontras dengan udara
disekitarnya karna mereka ada didaerah pantai yang cukup panas, dengan beberapa
gelang ditangan kirinya. Sedangkan yang satunya hanya mengenakan T-shirt simple
berwarna lembut (tepatnya aku lupa warna apa) dengan rok rumahan panjang
melewati lutut, di atas dadanya menggenggam sebuah kamera mini simpel berwarna
biru aqua yang dihantungkan pada lehernya.
"Aku pengen banget bisa main sama kamu terus, Ta"
Ucap Mirna tiba-tiba.
Dia memanggil Angel dengan sebutan Ta, alasannya simpel,
karna lidah cadelnya masih susah melafalkan 'Angel'. Dialah yang pertama
kalinya memanggil Angel kecil dengan nama panggilan 'Ta'.
Angel mengubah posisinya menjadi duduk, memandang sahabat
yang berada dihadapannya, tepat pada matanya. Sorot matanya memancarkan
kebingungan akan apa yang diucapkan oleh Mirna. Mirnapun mengubah posisinya
menjadi duduk, membuat kedua gadis kecil itu berhadapan. Mata mereka saling
menatap, menyiratkan kepedihan yang sama, menyiratkan bahwa mereka tak ingin
terpisah dari sahabat eratnya.
Angel tersenyum, berusaha terlihat manis dan tegar,
sayangnya gagal, senyumannya hanya menambah kesan miris dalam tatapannya.
"Jangan bilang selamat tinggal, tapi sampai jumpa"
Sahutnya pelan " Itu yang biasa dibilang kakakku" lanjutnya lagi,
semakin lirih.
Mirna tersenyum, senyum damai yang berusaha menenangkan.
Mata mereka masih tetap menatap satu sama lain. Perlahan Angel kecil dapat
melihat tangan Mirna terangkat mengarah pada wajah Angel dan mengelus poninya
perlahan.
"Aku selalu pengen punya poni, tapi ga pernah
dikasi" ucapnya.
"Nanti aku bantu minta sama biyangmu" Balas Angel
sembari tersenyum, yang akhir-akhir ini selalu terlihat, berkat kehadiran
Mirna.
*biyang:ibu*
Mereka terdiam cukup lama, menikmati suasana terakhir yang
mungkin mereka miliki besama. Angel mengambil sesuatu dari dalam saku jaketnya,
sebuah benda putih yang Mirna sudah tahu betul fungsinya apa. Dengan gerakan
cepat Angel mendekatkan benda itu pada mulutnya dan menghisap sesuatu dari
dalamnya.
"Kamu tau Ta? Setiap kamu make itu, aku pasti takut.
Kata guruku, kebanyakan make obat kayak gitu bisa bikin kamu kecanduan,
lama-lama nanti kamu ga bisa ikut kegiatan yang bikin cape terlalu lama, gitu
katanya" Ucapnya menanggapi kegiatan sahabatnya tadi.
Angel melihat inhaler putih yang digenggam dengan tangan
kecilnya tadi. Sedikit terperangah akan sahabatnya yang meski masih kecil,
tetapi sering memberinya nasehat.
"Ketergantungan?" Angel beralih menatap Mirna.
"Mungkin itu namanya ya, aku ga tau juga" Katanya
sembari tertawa kecil. "Juga jangan terlalu sering make jaket kalo panas,
kata biyangku bisa bikin badan manja" Lanjutnya lagi, "Meski aku ga
tau apa hubungannya"
"Aku coba deh" Ujar Angel tak bersungguh-sungguh.
Setelah kesunyian yang agak panjang tanpa dikomando, mereka
merebahkan tubuh kecil mereka bersamaan. Menatap lembayung langit sore.
.
#
.
Angel kecil duduk diatas karang menatap kearah pantai, dari
posisinya terlihat dia sedang berdoa. Beberapa tetes air megalir dari matanya, jatuh
bercampur pasir. Bahunya terlihat bergetar, bibirnya digigitnya, guna menahan
isakan yang kapan saja bisa keluar. Setelah cukup lama bertahan dalam posisi
yang demikian, perlahan dagunya terangkat, matanya memandang nanar pada
matahari yang perlahan tenggelam. Tangan kirinya menggenggam sebuah kertas.
Matanya beralih pada kertas tersebut dan dia mulai membukanya. Didalamnya hanya
terdapat satu kata 'Sahabatku' yang sepertinya ditulis dengan tangan yang
bergetar karna tulisan yang terlihat sangat tak beraturan, beberapa bercak
darah dan gambaran khas anak kecil menghiasi kertas tersebut. Air mata yang
mengalir dari mata Angel semakin deras. Sebelah tangannya menutum mulutnya,
berusaha menahan isakan. Perlahan, dia berdiri diatas batu karang tersebut dan
membiarkan kertas yang digenggamnya tadi terbang terbawa angin dan tersapu
ombak.
"Mirna, dulu, sekarang, dan nanti, kamu bakal terus
jadi sahabatku." Ucapnya sambil terisak. "Kamu dah nepatin janjimu,
semoga kamu bisa liat aku dari sana." Lanjutnya seiring dengan isakannya
yang semakin keras. "Inget sama kata-kataku? Jangan bilang selamat
tinggal, tapi sampai jumpa." Angel merogoh saku jaket hitamnya,
mengeluarkan sebuah benda putih yang selama beberapa tahun sering dibawanya.
"Aku bakal nyoba supaya kuat" Ujarnya lagi, sembari membuang benda
tersebut. Sambil berjanji dalam hatinya, seperlu apapun dia pada benda
tersebut, sebisa mungkin tak digunakannya. "Aku yakin kok, suatu saat kita
bakal ketemu lagi, dan aku harap itu cepet"
Perlahan, dia membalikkan tubuhnya dan turun dari karang
yang ditempatinya tadi. Berjalan menuju rumahnya sambil berusaha menghilangkan
rasa sepi kehilangan akibat kepergian Mirna, sahabat kecilnya.
.
#
.
Once and for all time
You will always be my little friend
No mather what
No one can replace you
No one can change me but you
Thanks for that three years that I spend with you
Dalam kenangan : Mirna Ratna Putri
Semoga tenang disana
Kenanganmu selalu abadi padaku
Meski dirimu telah terambil oleh waktu
Amin.
yang paling kuingat hanya pertemuan pertama sama terakhirku,
soal gimana aku tau dia udah ga ada
aku lupa kayak gimana
Miss you so, Mirna
No comments:
Post a Comment